Selasa, 07 Mei 2013

Artikel Evolusi


Pada mulanya bumi itu hanya terdiri atas gumpalan api dengan awan berisikan debu yang bergumpal menjadi satu. Namun, seiring dengan perkembangan jaman bumi telah mengalami perkembangan dari 4 miliran tahun yang lalu. Dulu atmosfer tidak beroksigen melainkan berisikan karbondioksida yang terbuat atas gumpalan – gumpalan debu, hingga pada akhirnya mulai adanya air yang mengakibatkan adanya pemisah antara daratan dan lautan. Kehidupan yang pertama kali muncul adalah dengan adanya makhluk hidup berupa archaobecteria. Mahkluk hidup primitif yang hidup pada panas bumi dan memberikan warna pada air .Selain itu juga terdapat cyanobacteria, yang merupakan nenek moyang dari segala tanaman ataupun makhluk hidup yang ada di bumi hingga saat ini. Mereka mampu untuk mengubah panasnya matahari menjadi sebuah energy yang menghasilkan oksigen pada bumi. Selain itu, siklus air di bumi mengalami proses pembaruan yang terus menerus hingga terbentuk uap air, air terjun, awan, hujan, gletser dan lautan. Dari proses itulah air merupakan unsure paling utama dalam kehidupan makhluk hidup hingga terbentuklah spesies – spesies yang berbeda.
Pada akhirnya 200.000 setelah itu munculah Homo sapiens yang sering disebut sebagai manusia bijak. Makhluk hidup yang dapat mengubah wajah bumi dalam waktu sekejap dan dapat menguasai semua habitat dari makhluk hidup lainnya. Manusia merupakan faktor utama perubahan perkembangan bumi, dari hidup yang nomaden hingga menjadi hidup yang modern. Seperti, dulu manusia hidup dengan berburu, tetapi dengan seiring perkembangan pengetahuan yang mereka miliki dapat mengubah hidup dengan mengolah atau memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Namun, pemanfaatan yang dilakukan tanpa berpikir untuk kehidupan yang akan datang. Banyak negara – Negara yang telah mengalami perkembangan pembangunan sangat maju dengan gedung – gedungnya yang berdiri kokoh nan tinggi menunjang ke langit. Tetapi banyak juga yang mengalami kekurangan air, kelaparan, kekeringan.
Jika perkembangan seperti ini dilakukan terus menerus, maka bumi lambat laun akan mengalami kemunduran bahkan kembali menjadi gumpalan debu – debu tanpa kehidupan. Dan jika kondisi ini terus dibiarkan terus menerus akan berdampak semakin buruk pada bumi . Akibatnya semakin berkurangnya spesies yang tinggal, kepunahan flora dan fauna. dampak yang lain adalah pemanasan global yang sekarang ini sangat terkenal dimana es dikutub akan lama kelamaan mencair yang berakibat naiknya permukaan air laut.

Kamis, 30 Agustus 2012

Eksperimen Biologi


PERBANDINGAN  KANDUNGAN  ALKOHOL  PADA TAPE KETAN DAN TAPE SINGKONG

Dosen Pengampu :
Lusia Wiwid Wijayanti, S.Si., M.Si.

Oleh :
1.      Stepani Septi Kurniawan     ( 101434023 )
2.      Paula Indimela Ferdiatik      ( 101434026 )
3.      Lusiana Ayu Damarsari       ( 101434045 )


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PERBANDINGAN KADAR ALKOHOL PADA TAPE KETAN DAN TAPE SINGKONG

Abstrak
Tape merupakan makanan tradisional khas Indonesia. Makanan ini sangat popular dan digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, dari kalangan bawah, menengah, maupun kalangan atas di seluruh Indonesia. Tape dibedakan menjadi dua macam, yaitu tape singkong dan tape ketan. Pada dasarnya, kedua tape ini mempunyai rasa yang hampir sama, yakni manis bercampur asam dengan sedikit kandungan alkohol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar alcohol pada tape ketan dan singkong.
            Penelitian ini menguji alcohol pada tape yang berupa etanol. Etanol merupakan senyawa organik  denga rumus kimia C2 H5 OH. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah larut dalam air, dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organic golongan alkohol primer. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan dari fermentasi adalah mikroorganisme dan media yang digunakan, adanya komponen media yang dapat menghambat pertumbuhan serta kemampuan fermentasi mikroorganisme dan kondisi selama fermentasi.
            Penentuan kadar etanol yang terdapat dalam sample dengan menggunakan metode gas kromatografi (GC).  Metode ini dapat digunakan karena metode ini mampu memisahkan zat – zat organic (berupa cairan kompleks).
            Hasil dari penelitian ini menunjukan kadar perbandingan AUC etanol dan AUC butanol dengan persamaan Y= 0,1958x + 0,0194. Dari persamaan tersebut diperoleh data kandungan alkohol pada tape singkong 0,36% dan pada tape ketan sebesar  0,46%. Berdasarkan penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa tape ketan memiliki kadar  alkohol lebih besar dibandingkan tape singkong.
Kata kunci: etanol, gas kromatografi, tape ketan, tape singkong.


BAB I Pendahuluan

Tape merupakan makanan tradisional khas Indonesia. Makanan ini sangat populer dan digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, dari kalangan bawah, menengah, maupun kalangan atas di seluruh Indonesia. Tape dibedakan menjadi dua macam, yaitu tape singkong dan tape ketan. Pada dasarnya, kedua tape ini mempunyai rasa yang hampir sama, yakni manis bercampur asam dengan sedikit kandungan alkohol. Rasa manis ini berasal dari kadar gula yang terkandung dalam tape tersebut sedangkan rasa asam dan kandungan alkohol pada tape tersebut disebabkan oleh jenis bakteri, hasil dari penambahan ragi, serta fermentasi yang terlalu lama. Fermentasi hingga mencapai titik kematangan tape ini sendiri biasanya berkisar selama 2 – 4 hari. Keasaman tape tergantung pada banyak ragi yang ditambahkan saat pembuatan. Tekstur dari tape pada umumnya lembek / lunak dan berair. Tekstur ini didapat dari tahap pengolahan tape (ketan maupun singkong) yang dikukus hingga setengah matang (cukup tanak namun tidak terlalu matang) sebelum diberi ragi dan difermentasikan hingga saat difermentasikan.
     Menurut data yang diperoleh, kandungan alkohol (etanol) pada tape sekitar 3 – 5%, dengan pH ±4. Namun banyak pihak yang mengatakan bahwa tape singkong mempunyai kadar alkohol lebih tinggi daripada tape ketan. Banyak mengkonsumsi tape juga dapat membuat perut menjadi panas. Data – data tersebut masih simpangsiur dan belum jelas karena antara referensi satu dengan yang lain berbeda/ tidak sama. Oleh karena itu, kami mengangkat dan melakukan eksperimen dengan judul “Perbandingan kandungan alkohol pada tape ketan dan tape singkong” untuk mengetahui secara akurat berapa persen kandungan alkohol, khususnya etanol pada kedua tape ini.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kandungan alkohol pada tape ketan dan tape singkong.








BAB II Tinjauan pustaka


A.    Tape Ketan

1.      Ketan Putih (Oryza sativa L. var glutinosa)
Ketan merupakan salah satu vareitas dari padi yang merupakan tumbuhan semusim. Tumbuhan ini mempunyai lidah tanaman tumbuh kuat yang panjangnya 1 sampai 4 mm dan bercangkap 2. Helaian daun berbentuk garis dengan panjang 15 sampai 50 cm, kebanyakan dengan tepi kasar. Mempunyai malai dengan panjang 15 sampai 40 cm yang tumbuh ke atas yang akhir ujungnya menggantung. Malai ini bercabang-cabang dan biasanya cabangnya kasar. Pada tumbuhan ini bulirnya mempunyai panjang 7 sampai 10 mm dengan lebar 3 mm. Pada waktu masak, buahnya yang berwarna ada yang rontok dan ada yang tidak. Buah yang dihasilkan dari tanaman ini berbeda ada yang kaya pati dan ini disebut beras, sedangkan buah kaya perekat disebut ketan. Menurut Steenis (1988), ketan adalah sejenis beras yang diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Gramineae/Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L. var glutinosa
Beras ketan hampir seluruhnya terdiri dari pati (starch). Pati merupakan zat tepung dari karbohidrat dengan suatu polimer senyawa glukosa yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa, polimer linier dari D-glukosa membentuk amilosa dengan ikatan 1,4-glukosidik. Sedangkan amilopektin terdiri lebih dari 1000 unit glukosa, polimer amilopektin adalah terbentuk dari ikatan 1,4-glukosidik dan membentuk cabang pada ikatan 1,6- glukosidik (Poedjiadi, A., 1994). Amilosa bersifat sangat hidrofilik, karena banyak mengandung gugus hidroksil. Maka, molekul amilosa cenderung membentuk susunan paralel melalui ikatan hidrogen. Kumpulan amilosa dalam air sulit membentuk gel, meski konsentrasinya tinggi. Karena itu, molekul pati tidak mudah larut dalam air. Berbeda dengan amilopektin yang strukturnya bercabang, pati akan mudah mengembang dan membentuk koloid dalam air (Afrianti, H. L., 2007). Daya rekat beras ketan jauh lebih besar dari beras, hal ini sesuai dengan amilopekin yang lekat.
Beras ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1 % pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat. Menurut Mulyadi dalam Prihatiningsih (2000), senyawa selain pati yang terdapat pada ketan adalah protein yang disebut oryzain. Kadar lemak dalam beras ketan tidak terlalu tinggi yaitu rata-rata 0.7 % dan kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam oleat dan asam palmitat serta untuk kandungan vitamin dan minerat sangat rendah. Vitamin yang terkandung dalam beras ketan adalah Tiamin Riboflavin dan Niasin. Sedangkan mineral yang terkandung dalam beras ketan adalah besi, kalsium, fosfor, dan lain sebagainya. Beras ketan dibedakan berdasarkan warnanya terdapat dua macam yaitu beras ketan hitam dan beras ketan putih. Ketan putih mempunyai komposisi kandungan kimia (per 100 gram) dapat dilihat pada tabel 1.










Tabel 1.  Kandungan Gizi Beras Ketan Putih  (per 100 gram)
Kandungan Gizi
Jumlah

Kalori
356 kal.

Protein
2.02 gram

Lemak
0.9 gram

Karbohidrat
21.09 gram

Kalsium
2 mgr

Fosfor
8 mgr

Besi
0.14 mg

Vitamin B1
2.0 mcg

Air
76.63 mg

Sumber: Anonim, 2012













B.     Tape Singkong

1.      Singkong (Manihot utilissima Pohl)
Singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, dalam bahasa Inggris bernama cassava, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Tumbuhan ini merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun. Adapun Singkong dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2005):
Kerajaan : Plantae
Divisio : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales
 Familia : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : M. esculenta
Nama binomial : Manihot esculenta Crantz

Singkong mempunyai komposisi kandungan kimia (per 100 gram) dapat dilihat pada tabel 2 (Anonim, 2012).


Tabel 2. Komposisi kandungan kimia singkong (per 100 gram)
Kandungan Kimia
Jumlah

Kalori
146,00 kal

Protein
1,20 gram

Air
62,50 gram

Phospor
40,00 mg

Karbohidrat
38,00 gram

Lemak
0,30 gram

Hidrat arang
34,7 gram

Kalsium
33,00 mg

Zat besi
0,7 mg

Vitamin B1
0,06 mg

Sumber : Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.




Singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung (per 100 gram) : Vitamin A 11000 SI, Vitamin C 275 mg, Vitamin B1 0,12 mg, Kalsium 165 mg, Kalori 73 kal, Fosfor 54 mg, Protein 6,8 gram, Lemak 1,2 gram, Hidrat arang 13 gram, Zat besi 2 mg, asam amino metionin dan 87 % bagian daun dapat dimakan. Buah singkong mengandung (per 100 gram) : Vitamin B1 0,06 mg, Vitamin C 30 mg dan 75 % bagian buah dapat dimakan. Sedangkan Kulit batang singkong mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida dan kalsium oksalat (Anonymous, 2007). Singkong juga banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida. Singkong yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram singkong yang masih segar, dan 50 kali lebih banyak pada singkong yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang manis, proses pemasakan sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya.
2.      Pembuatan Tape Singkong
Singkong merupakan salah satu bahan makanan yang kaya karbohidrat (sumber energi). Pada proses pembuatan tape, karbohidat mengalami proses peragian oleh mikroba atau jasad renik tertentu, sehingga sifat-sifat bahan berubah menjadi lebih enak dan sekaligus mudah dicerna (Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2005). Pada pembuatan tape singkong secara tradisional, singkong kupas lalu dicuci, kemudian ditanak. Setelah dingin dicampur dengan ragi komersial, dimasukkan dalam wadah yang dilapisi daun pisang dan difermentasi selama 1 sampai 3 hari pada suhu kamar. Terjadilah proses fermentasi yang mengubahnya menjadi tape. Pada saat peragian ini, terjadi perubahan bentuk dari pati menjadi glukosa yang pada akhirnya menghasilkan alkohol. Pada hakekatnya semua makanan yang mengandung karbohidrat bisa diolah menjadi tape. Tetapi sampai sekarang yang sering diolah adalah ketan dan singkong (berdaging putih atau kuning). Tape dari singkong yang berdaging kuning lebih enak dari pada yang berwarna putih, karena singkong berwarna kuning dagingnya lebih halus tanpa ada serat-serat yang kasar.

 Menurut Bambang Admadi Harsojuwono dalam Arixs (2005) daging singkong yang berwarna kuning bukan hanya lebih enak tetapi mempunyai kandungan vitamin A yang cukup tinggi. Proses fermentasi tape singkong harus dilakukan secara optimal. Selain memilih bahan dasar singkong yang baik, proses pembuatan tape singkong harus benar. Ragi yang digunakanpun harus bermutu tinggi, karena ragi merupakan bahan utama dalam proses pembuatan tape. Kesterilan ragi dan bahan dasar pembuatan tape singkong ketika akan digunakan sangat penting. Hal ini bertujuan agar tidak dicemari bakteri lain. Karena jika dalam proses pembuatan tape singkong dicemari bakteri lain maka proses fermentasi akan terhambat. Sehingga tape akan mengeluarkan bakteri yang sering mengeluarkan racun yang berbahaya bagi kesehatan manusia.


C.    Alkohol ( Etanol )
Pada abad ke-19 kata alkohol dipergunakan untuk menyebut rasa essence, jadi alkohol adalah essence dari anggur. Akan tetapi kata alkohol secara umum digunakan untuk menyebut rasa anggur. Dalam ilmu kimia yang dimaksud alkohol adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (-OH) sebagai gugus fungsionilnya (Arsyat, N, M., 2001). Sedangkan secara umum yang dimaksud dengan alkohol adalah etanol dengan rumus kimia C2H5OH. Alkohol merupakan cairan yang tidak berwarna, jernih, mudah menguap, mudah terbakar dengan nyala biru yang tidak berasap, rasa panas membakar.






Tabel 3.  Sifat kimia dan fisika Alkohol
Sifat Kimia dan Fisika
Keterangan

Berat molekul
46

Kepadatan
0.791 gram/ml

Titik lebur
- 117.3 0C

Titik Didih
78.3 0C

Titik bakar
21 0C

Titik nyala
372 0C

Batas ledak atas
19 % v/v

Batas ledak bawah
3.5 % v/v

Sumber : Soebagyo, 1980








D.    Gas Kromatografi ( GC )
Kromatografi gas adalah teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa yang dapat dipisahkan dengan kromatografi gas sangat banyak, namun ada batasanbatasannya. Senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada temperature pengujian, utamanya dari 50 – 300 0C. Jika senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada temperatur pengujian, maka senyawa tesebut bisa diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas (Mardoni, dkk., 2007).
Penentuan kadar etanol yang terdapat dalam sampel dapat dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi gas (GC). Metode ini dapat digunakan karena metode ini mampu memisahkan zat-zat organik (berupa cairan komplek). Untuk menghitung kadar etanol yang terdapat dalam sampel dapat digunakan kurva kalibrasi yang diperoleh dari sejumlah larutan standar yang komposisinya sama dengan analit dengan konsentrasi yang telah diketahui (dalam penelitian ini menggunakan larutan standar etanol). Kemudian setiap larutan standar etanol diukur dengan kromatografi gas sehingga diperoleh kromatogram untuk setiap larutan standar etanol. Selanjutnya diplot area atau tinggi peak sebagai fungsi konsentrasi larutan standar etanol. Plot data harus diperoleh garis lurus yang melalui titik koordinat karena pada bagian kurva ini area peak akan berbanding lurus konsentrasi etanol. Pada kromatografi gas, fase geraknya berupa gas yang inert (tidak bereaksi), sedangkan fase diamnya dapat berupa dan zat padat atau zat cair. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnnya (Khopkar, 2003)






BAB III Metode Penelitian


A.    Alat, Bahan, dan Cara Kerja Tape ketan dan Tape Singkong
1.      Alat
a.       Baskom
b.      Ember
c.       Toples
d.      Piring
e.       Panci kukus
f.       Pisau
g.      Sendok
h.      Garpu
i.        Kain lap
2.      Bahan
a.       Beras Ketan Putih 250 gr
b.      Singkong  250 gr
c.       Ragi tape  4 butir
d.      Air

3.      Cara Kerja
a.       Tape Ketan
1)      Menyiapkan ketan lalu dicuci hingga bersih dan ditiriskan.
2)      Menanak ketan dalam panic kukus hingga masak.
3)      Setelah masak lalu di angkat dan didinginkan. Ditaruh pada tempat yang mudah untuk cepat dingin.
4)      Taburi ketan yang sudah dingin dengan campuran ragi dan gula.
5)      Ketan yang sudah ditaburi campuran ragi dan gula dipindah ke ember lalu ditutupi dengan menggunakan daun pisang.
6)      Ditunggu selama 3 hari untuk difermentasi.


b.      Tape Singkong
1)      Mengupas singkong dan dipotong – potong  lalu dicuci dengan air hinga bersih,
2)      Singkong yang telah bersih dikukus dengan panci kukus. Diamkan bberapa menit hingga tanak, stelah setengah matang baru diangkat dan didinginkan.
3)      Setelah dingin baru ditaburi dengan campuran ragi dan gula.
4)      Singkong yang telah terampur ragi dan gula dimasukkan dalam ember dan ditutup dengan daun pisang.
5)      Ditunggu selama 3 hari untuk fermentasi.


B.     Alat, Bahan, dan Cara Kerja gas Kromatografi

1.      Alat
a.       Injector
b.      Alat penyuntikan zat
c.       Kolom terletak dalam thermostat
d.      Alat pendeteksi (detector)
e.       Alat pencatat (rekorder)

2.      Bahan
a.       Air perasan tape ketan
b.      Air perasan tape singkong











3.      Cara Kerja
a.      Persiapan sampel
1)      Menyiapkan sampel (tape ketan dan tape singkong) sesuai kebutuhan.
2)      Menyaring sampai jernih (bening) dengan menggunakan milipur.
3)      Menyiapkan sampel 1 ml ditambah dengan butanol PA 0.5 ml.
4)      Kemudian dimasukkan dalam labu ukur 10 ml.
5)      Menambahkan dengan Aquades sampai batas leher pada labu ukur kemudian dikocok supaya sampel dan butanol tercampur dengan merata.
6)      Setelah itu dianalisis menggunakan gas kromatografi (GC).

b.      Gas kromatografi
1)       
2)      Mengambil (1 μl) dari masing-masing larutan ketan putih dan larutan singkong ke dalam kolom melalui tempat injeksi, secara bergantian.
3)      Mencatat kurva kalibrasi yang terdapat di dalam computer untuk mengetahui AUC.










BAB IV Hasil dan Pembahasan

A.    Hasil Penelitian
1.      Tabel 4. Internal Standard ( ISTD )
Etanol 100 % ( ml )
Butanol
( ml )
AUC etanol
AUC Butanol
Rasio
Konsentrasi  akhir
( %)
0,1
0,2
0,347
0.865
0,4012
1,998
0,2
0,2
0,634
0,996
0,6365
3,996
0,3
0,2
1,366
0,946
1,444
5,994
0,4
0,2
1,447
0,1895
1,6168
7,994
0,5
0,2
1,778
0,957
1,8579
9,95

2.      Tabel 5. Sampel tape ketan dan tape singkong
Sampel
AUC etanol
AUC Butanol
Rasio
Konsentrasi akhir ( % )
Tape Ketan
0,073
0,666
0,109
0,46
Tape Singkong
0.082
0,912
0,089
0,36

3.      Grafik 1.

B.     Pembahasan
Dari tabel 4 diketahui bahwa tabel tersebut merupakan seri baku standar butanol dan etanol. Disini kami mengambil lima seri baku dengan perbandingan etanol 0,1 ml hingga 0,5 ml dan butanol 0,2 ml. AUC etanol dan butanol didapat dari selisih integral I dan II pada kurva kalibirasi pada penginjectian seri baku ke dalam GC. Rasio didapat dari perbandingan antara AUC butanol dan AUC etanol, sedangkan konsentrasi akhir didapat dari persamaan Y = Ax + B. Y merupakan rasio perbandingan antara kadar AUC etanol dengan AUC butanol, sedangkan A memiliki nilai 0,1958 dan B memiliki nilai 0,0194.
            Penginjectian sample tape ketan dan sample singkong pada alat GC mendapatkan konsentrasi akhir 0,46% dan 0,36%. Konsentrasi akhir inilah merupakan hasil kadar etanol pada sample (tape ketan dan tape singkong). Dari tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa kadar alkohol paling tinggi terdapat pada tape ketan (sebesar 0,46%). Dengan perbandingan antara AUC etanol dengan AUC butanol setiap sample didapatkan rasionya dan dengan persamaan Y= Ax + B diperoleh konsentrasi akhir 0,36% dan 0,46%. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut:

-       Persamaan     Y = Ax + B
-       A = 0,1958
-       B = 0,0194
-       Y = rasio   =     AUC etanol
                         AUC butanol

Jika pada sample tape ketan : 
Y =   AUC etanol
         AUC butanol
   =      0,073       = 0,109
            0,666
Y         = Ax + B
0,109   = 0,1958 x  + 0,0194
0,109 – 0,0194    = x
       0,1958
0,46                     = x = Konsentrasi akhir kadar alkohol

Sedangkan pada sample tape singkong :       
Y =   AUC etanol
         AUC butanol
   =      0,082       = 0,089
            0, 912     
Y         = Ax + B
0,09     = 0,1958 x  + 0,0194
0,09 – 0,0194      = x
       0,1958
0,36                     = x = Konsentrasi akhir kadar alkohol
           


            Kami melakukan pengujian kadar alkohol pada sample dan seri baku sebanyak 5x. Namun karena kurangnya pengetahuan kami dalam penggunaan alat gas kromatografi (GC), kami dipandu oleh petugas laboratorium tersebut. Dan pengujian seri baku tersebut selalu mengalami kegagalan karena kurva (pig) pada diagram tersebut terdapat lebih dari 1 tonjolan, dari yang seharusnya hanya satu pada seri baku, dan 2 pig pada setiap sample. Kegagalan pengujian tersebut diakibatkan karena petugas laboratorium yang memandu kami tidak menyetting temperatur (suhu) pada alat GC tersebut, dari yang seharusnya suhu standar hanya berkisar antara 700 – 1200, berada pada suhu 2000 C akibatnya sample dan seri baku yang diujikn mudah menguap dan mengalami pig lebih dari 1. Kami baru mengetahuinya setelah pengujian yang kelima di mana petugas laboratorium yang lainnya melihat kegagalan pada pengujian kami.             Pada grafik 1 mengenai perbandingan konsentrasi dengan rasionya, grafik sample kami tidak terbaca karena kadar alkohol berada di bawah kelima seri baku tersebut. Standar terkecil seri baku tersebut berada pada konsentrasi 2% dengan rasio 0,4 sedangkan pada sample kami pada sample tape ketan berada pada konsentrasi 0,46% dengan rasio 0,11 dan pada sample tape singkong berada pada knsentrasi 0,36% dengan rasio 0,09. Konsentrasi alkohol tersebut berada di bawah seri baku, dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain karena penyimpanan yang terlalu lama (hampir 2bulan berada di kulkas), penyaringan kedua tape yang selama beberapa hari sehingga alkohol tersebut mudah menguap.









BAB V Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami ambil berdasarkan data yang kami dapatkan antara lain:
·      Kadar alkohol pada tape ketan lebih tinggi daripada tape singkong.
·      Pada tape ketan berada pada konsentrasi 0,46% sedangkan tape singkong berada pada konsentrasi 0,36%.
·      Kadar alkohol tersebut masih di bawah rata – rata (di bawah seri baku) sehingga data tersebut dapat dikatakan tiak valid yang disebabkan antara lain karena lama penyimpanan, suhu pada alat GC, penyaringan sample tape yang terlalu lama sehingga alkohol pada tape tersebut mudah menguap.














Daftar pustaka

Anonim. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol Tape Ketan Hitam (Oryza sativa L var forma glutinosa ) dan Tape Singkong (Manihot utilissima Pohl ). http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/03530008-chafidatul-hasanah.ps diakses pada tanggal 18 Maret 2012.

Anonim. 2012., Ketan. http://www.asiamaya.com/nutrients/ketan.htm diakses
18 Maret 2012.
Arsyat, N, M., 2001, Kamus Kimia (Arti Dan Penjelasan Istilah), Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, hal 11, 93 dan 94.
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, 2005, Ketela Pohon / Singkong (Manihot
utilissima Pohl), http://www.bebas.vlsm.org/v13/Data/bididayapertanian
/PANGAN/SINGKONG.PDF diakses 18 Maret 2012.
Khopkar, S, M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI-Press, hal 160.

Mardoni, dkk., 2007, Perbandingan Metode Kromatografi Gas Dan Berat Jenis
Pada Penetapan Kadar Etanol Dalam Minuman Anggur, http://www.
usd.ac.id /06/publ_dosen/far/mardoni.pdf- diakses 18 Maret 2012 .
Prihatiningsi, 2000, Perbedaan Kadar Alkohol Pada Tape Ketan Hitam Yang
Dibuat secara Aseptik dan Tradisional, Skripsi tidak diterbitka. Malang:
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Malang.
Steenis, 1988, Flora Untuk Sekolah di Indonesia, Jakarta: PT Pradnya Pramita.



Lampiran

1.      Sampel Tape ketan Dan Tape singkong yang telah di saring

2.     
5.